
Pelet kayu alias wood pellet adalah satu dari beberapa inovasi alam energi terbarukan yang ada. Sebagai salah satu macam bahan bakar alternatif, inovasi ini dinilai ramah lingkungan sehingga banyak diminati.
Wujudnya menyerupai briket kayu, tetapi memiliki ukuran dan bahan perekat yang berbeda. Bahan bakunya sendiri merupakan hasil olahan kayu bulat atau limbah kayu yang dijadikan serbuk, kemudian dipadatkan.
Limbah kayu memang banyak dihasilkan oleh industri sehingga sangat sayang apabila dibuang begitu saja. Daripada mengganggu ekosistem, akan lebih baik kalau dijadikan energi terbarukan, seperti wood pellet.
Jenis Kayu Wood Pellet Adalah Berikut
Wood pellet dinilai menjanjikan, apalagi bisa diekspor ke luar negeri. Namun, perlu diketahui bahwa pembuatannya memerlukan jenis kayu tertentu, seperti kaliandra merah, sengon, petai cina, dan lainnya.
Jenis kayu terbaik sebagai bahan dalam membuat wood pellet adalah kaliandra merah. Pohon yang biasa difungsikan sebagai tanaman penutup tanah sedang ini memiliki pH-5 dan kandungan airnya sedikit.
Pohon kaliandra merah mampu menghasilkan kalor tinggi saat dibakar, yakni 4,7 kkal. Tidak mengherankan kalau kayunya sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai kayu bakar untuk keperluan rumah tangga.
Silvikulkultur terubusan atau coppice system kaliandra merah memungkinkannya untuk panen 1 tahun, selanjutnya 6 bulan, dan replanting 10 tahun. Hal tersebut menjadikannya sangat cocok dijadikan sebagai wood pellet.
Alternatif jenis kayu lainnya untuk membuat wood pellet adalah pohon turi. Tumbuhan yang sangat familier di Indonesia ini proses budidayanya sangat mudah di lahan kering, kebun, atau pematang sawah.
Pohon turi dinilai potensial sebagai bahan baku pelet kayu sebab nilai kalornya hampir setara kaliandra merah, yakni 3,965 kkal. Dengan demikian, pohon turi layak diperhitungkan untuk memperkaya bahan baku pelet.
Penentu Mutu Wood Pellet Berkualitas
Selain mengetahui jenis bahan bakunya, penting juga untuk memahami penentu mutu energi terbarukan ini. Hal tersebut dianggap penting demi menghasilkan pelet kayu berkualitas dan mampu bersaing.
1. Kadar Air
Salah satu parameter dalam menentukan mutu wood pellet adalah kadar air. Kadar air yang rendah menjadikan kualitasnya lebih bagus dibanding bahan dengan kadar air tinggi.
2. Kerapatan
Berikutnya kerapatan, yakni hasil perbandingan antara berat dengan volume pelet kayu. Makin tinggi nilai kerapatannya, maka akan mempermudah penanganan, penyimpanan, sekaligus transportasi sehingga bisa menekan pengeluaran.
Kerapatan sendiri bisa dipengaruhi oleh penggunaan suhu pada pembuatan energi terbarukan satu ini. Makin tinggi suhunya, maka makin tinggi juga nilai kerapatan yang akan dihasilkan.
3. Kadar Abu
Penentu selanjutnya terhadap kualitas wood pellet adalah kadar abu, yakni sisa pembakaran yang tidak terdapat kalor dan karbon. Apabila kadar abunya rendah, berarti nilai kalor akan tinggi, begitu sebaliknya.
4. Kadar Zat Gampang Menguap
Kadar zat gampang menguap diartikan sebagai zat yang menguap dari hasil dekomposisi senyawa dalam sebuah bahan, selain air. Makin tinggi kadarnya, berarti efisiensi pembakaran akan menurun, sedangkan asapnya makin banyak.
5. Kadar Karbon Terikat
Kadar karbon terikat dipengaruhi oleh nilai kadar zat gampang menguap beserta kadar abu. Bahan yang bagus memiliki kadar karbon terikat yang tinggi sehingga nilai kalornya juga makin tinggi.
6. Nilai Kalor
Nilai kalor merupakan paramater utama, yakni panas yang dihasilkan dari pembakaran suatu bahan. Tingginya nilai kalor dari suatu bahan bakar tentu menjadikannya lebih efisien dalam proses pembakaran.
Bahan dan mutu suatu bahan sumber energi terbarukan harus sangat diperhatikan dalam pembuatannya. Wood pellet adalah energi terbarukan dengan prospek cerah sehingga pembuatannya perlu bahan berkualitas dan ada penjaminan mutu.
Jika Anda tertarik untuk mengakses informasi lebih lanjut mengenai wood pellet dan biomassa lainnya, Anda bisa mengaksesnya di website kami. Anda juga bisa klik link WhatsApp di sini untuk terhubung langsung dengan tim kami.