
Ekspor wood pellet Indonesia menarik untuk diperbincangkan sebab dunia sedang beralih dari batu bara ke energi terbarukan. Hal tersebut sebagai persiapan adanya peningkatan konsumsi energi di dunia pada tahun 2035.
Selama ini, sumber energi paling banyak dimanfaatkan secara global ialah minyak bumi, gas alam, serta batu bara. Sebagaimana diketahui, jumlah ketiganya cukup terbatas sehingga perlu diganti dengan alternatif lainnya.
Salah satu alternatif yang muncul untuk menggantikan energi fosil adalah pelet kayu. Tidak hanya sebagai pengganti, sumber energi satu ini juga juga digunakan dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca.
Potensi Ekspor Wood Pellet Indonesia
Pelet pada umumnya diproduksi dengan bahan berupa limbah kayu, mulai dari serpihan kayu, serutan, hingga serbuk gergaji. Berbagai bahan tersebut bisa didapatkan dari industri furniture dan produk hasil hutan lainnya.
Di Uni Eropa, produksi sekaligus perdagangannya sebagai sumber energi terbarukan mengalami peningkatan signifikan sejak tahun 2008. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya dorongan pengurangan emisi karbondioksida, pembakaran mesin, dan industri.
Penghasil pelet kayu terbesar saat ini masih berasal dari Eropa dan Amerika Utara. Di Asia Tenggara, pemasok terbesarnya masih dipegang oleh Vietnam, tetapi wood pellet Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar.
1. Sumber Daya Melimpah
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kekayaan alam di Tanah Air sangatlah melimpah, termasuk bahan baku pelet kayu. Tidak hanya itu, luas lahan tanamannya juga sangat luas apabila dibandingkan dengan Vietnam.
2. Sertifikasi & Keberlangsungan Bahan Baku
Dukungan dari pemerintah terkait sertifikasi legalisasi kayu yang dipermudah tentu membuka jalan produksinya makin terbuka. Begitu juga dengan adanya program perhutanan sosial dengan harapan produksinya bisa diterima pangsa pasar Eropa.
3. Harga Jual
Soal harga, wood pellet Indonesia relatif lebih murah kalau dibandingkan berbagai negara pesaingnya. Meskipun tidak dengan Vietnam, tetapi potensinya tetap besar karena harga jualnya masih tergolong murah.
Untuk meminimalkan harganya, diperlukan upaya manajemen logistik secara tepat. Berdasarkan studi, diketahui bahwa biaya pengiriman lewat kapal fluktuatif atau tidak tetap sehingga perlu dicari solusinya.
4. Alternatif Bahan Baku
Selain bahan baku utama, Indonesia juga kaya alternatif bahan baku lainnya untuk membuat pelet kayu. Mulai dari sisa tanaman padi, kapas, dan masih banyak lagi yang bisa dimanfaatkan dalam produksinya.
Tantangan Ekspor Wood Pellet Indonesia
Dengan empat potensi tersebut, dapat dilihat bahwa Indonesia mampu bersaing dengan Vietnam dalam melakukan pemasokan ke berbagai negara. Terlebih negara-negara di Eropa dan Amerika Utara tidak sepenuhnya mampu memenuhi permintaan.
Di Asia sendiri, konsumen paling banyak membutuhkan energi terbarukan satu ini di antaranya Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Untuk bersaing sebagai pemasok, Indonesia memiliki dua tantangan yang perlu diperhatikan.
1. Kualitas Produk
Kualitas produk sangat menentukan diterima atau tidaknya produksi wood pellet Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan bahan baku berkualitas serta dilakukan penjaminan mutu demi menghasilkan produksi terbaik.
Selain itu, diperlukan juga pengembangan produk agar tidak sebatas pada industri pemanas, pembangkit listrik, dan pemanasan rumah tangga. Caranya ialah dengan dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pemanfaatannya.
2. Jarak Pengiriman
Jauhnya jarak negara-negara pengimpor bisa menghalangi ekspor wood pellet. Akan tetapi, hal tersebut masih bisa diatasi dengan menjalin kerja sama penanaman modal di bidang ini.
Tantangan tersebut bukan menjadi hambatan berarti, justru bisa menjadi pemicu inovasi-inovasi dalam produksi pelet kayu. Terlebih potensi wood pellet Indonesia sangat besar dan menjanjikan sehingga harus terus dikembangkan.
Jika Anda tertarik untuk mengakses informasi lebih lanjut mengenai pelet kayu dan media tanam lainnya, Anda bisa mengaksesnya di website kami. Anda juga bisa klik link WhatsApp di sini untuk terhubung langsung dengan tim kami.